Friday, April 9, 2010

Perempuan dan Harga Dirinya

http://www.chinadaily.com.cn/lifestyle/2006-08/11/xin_4408031014042631991819.gif
Harga diri seorang perempuan selalu dikaitkan dengan keperawanannya. Apakah seorang perempuan yang tidak perawan lagi tidak memiliki harga diri atau harga dirinya telah hancur? Pertanyaan seputar ini tidak akan ujung pangkalnya, yang ingin saya "bahas" adalah harga diri perempuan bukan terletak pada keperawanannya, tapi pada bagaimana dia bersikap bisa bertanggung jawab dan menghargai diri sendiri atau tidak.
Harga diri seorang wanita sesungguhnya bukan terletak pada performance fisik semata, tetapi justru nampak dari pancaran kepribadiannya. Secara tak sadar kita sering melihat wanita yang berpenampilan bak selebritis yang tengah berjalan, praktis langsung atau tidak otak bawah sadar kita akan merespon negatif, jangan-jangan itu simpanan pejabat anu atau jangan-jangan ia wanita penggoda atau jangan-jangan ia bukan wanita baik-baik, dan sebagainya.


Dari penampilan fisik yang agak berbeda saja sudah cukup mengundang beragam pertanyaan yang tertuju kepada wanita tersebut. Umumnya pertanyaan yang muncul bernada miring. Kendati ia seorang yang berakhlak baik, tetapi penampilannya yang bernuansa selebritis mengenyampingkan harga dirinya sendiri. Apalagi ia turun dari mobil keren bersama laki-laki buncit. Wah..tambah seru cara menggunjingnya.

Tapi kalau saja ia berpenampilan yang tidak mengundang decak kagum berlebihan bagi orang yang melihat, umumnya kitapun tidak akan menilai bahwa harga diri perempuan tersebut minus. Biasa saja atau malah mengundang pujian positif. Kendati, dari penampilan memang tidak 100% mencerminkan sebuah harga diri. Jadi, konon kata orang pinter, harga diri perempuan tercermin dari inner beauty, inner talenta dan inner personality. Yang jadi masalah kemudian adalah penterjemahan dan persepsi yang ditimbulkannya. Perempuan berjilbab belum tentu memiliki harga diri yang mantap kalau jilbabnya hanya untuk kedok saja. Tentu akan lebih baik memilih perempuan yang tidak berjilbab tetapi mampu mempertahankan harga dirinya. demikian halnya dengan perempuan yang tidak berjilbab, yang notabene justru lebih banyak dimensi negatifnya, juga tidak menjamin harga diri perempuan tersebut. Jadi bagaimana cara memilihnya?

Jika kita sandarkan persoalan harga diri perempuan pada landasan agama, agama apapun, tentu yang bicara bukan sekedar logika semata, melainkan dengan rasio manusia. Untuk itulah manusia dilengkapi nalar (kalau hewan kan cuma punya naluri). Jadi lihatlah wanita dengan nalar, jangan dengan naluri. Karena naluri lebih dekat kepada nafsu hewani. Dan bagi wanita pergunakan nalar agar harga dirimu terpancar.

Terkadang saya mempercayai mitos, bahwa harga diri seorang perempuan lebih terlihat dari "high heels" yang disukainya.

No comments:

Post a Comment